Social Icons

Pages

Senin, 27 Maret 2017

PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS PADA TANAMAN PADI

PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS PADA TANAMAN PADI

oleh : Herlina, SP
UPTD BP3 Kec. Taliwang

Pertanaman yang terserang penyakit blas di Desa Lalar Liang, Kec. Taliwang


A. GEJALA PENYAKIT BLAS

Penyakit blas disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea yang merupakan salah satu kendala utama dalam upaya peningkatan produksi, terutama pada pertanaman padi gogo. Penyakit blas dijumpai juga pada pertanaman padi di daerah pasang surut dan rawa.
Cendawan P. grisea dapat menyerang daun padi, buku batang, leher malai, malai padi, bulir padi dan kolar daun. Penyakit blas tidak hanya menyerang tanaman padi, tetapi dapat menyerang tanaman lain seperti gandum, sorgum dan spesies rumput-rumputan. 
Penyakit Blas menyerang semua fase pertumbuhan tanaman padi. Pada fase persemaian dan vegetatif umumnya menyerang daun sehingga disebut Blas daun. Blas daun merupakan bercak coklat kehitaman berbentuk belah ketupat dengan pusat bercak berwarna putih.

Bercak coklat kehitaman berbentuk belah ketupat
Tanaman padi yang terserang Blas di Desa Lalar Liang, Kec. taliwang
Pada fase tanaman tua (generatif) penyakit ini menyerang leher malai, malai, bulir padi dan kolar daun, umumnya disebut Blas leher atau busuk leher. gejalanya bercak coklat kehitaman pada pangkal leher yang mengakibatkan leher malai tidak mampu menopang malai dan patah. 

Pertanaman yang terserang blas di Desa Lalar Liang, Kec. taliwang
Serangan blas daun yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan anakan produktif sehingga menyebabkan malai kecil dengan sedikit gabah. Tak hanya itu saja, bahkan dapat menyebabkan seluruh tanaman padi mati sebelum berbunga. Serangan blas leher dapat menurunkan tingkat produksi padi secara langsung, karena leher malai busuk dan patah sehingga pengisian bulir padi terganggu dan bulir padi menjadi hampa (gabug).

B. BIOLOGI DAN EKOLOGI PENYAKIT BLAS

Cendawan P. grisea mempunyai banyak ras, masing-masing ras tersebut dapat berubah dan membentuk ras baru dengan cepat apabila populasi tanaman atau sifat ketahanan tanaman berubah. Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas yaitu dimulai ketika spora cendawan menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika cendawan bersporulasi dan menyebarkan spora baru melalui udara terjadi dalam sekitar 1 minggu. Selanjutnya dari satu bercak itu dapat menghasilkan ratusan bahkan ribuan spora dalam satu malam, dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari.
Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang tinggi, sedikit atau tidak ada angin pada malam hari dan temperatur malam hari sekitar 22-29oC. Daun yang basah yang berasal dari embun ataupun sumber lain sangat dibutuhkan untuk infeksi. 
Spora dihasilkan dan dilepaskan pada kondisi kelembaban relatif yang tinggi, dan tidak ada spora yang dihasilkan pada kondisi kelembaban di bawah 89%. Sporulasi meningkat apabila kelembaban relatif di atas 93%, sedangkan temperatur optimum untuk perkecambahan spora, pembentukan bercak dan sporulasi adalah 32-35oC.
Bercak secara cepat akan berkembang menjadi lebih besar pada suhu 32oC selama 8 hari dan sesudahnya perkembangan bercak akan menurun. Perluasan bercak berlangsung lambat dan konstan pada suhu 16oC dalam waktu 20 hari.
Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan. Pemupukan nitrogen yang berlebihan (tinggi) dapat menghasilkan daun yang lunak dan terkulai, sehingga lebih sangat rentan terhadap penyakit blas, sedangkan pemberian Si cenderung membantu kekerasan dan ketegakan daun.
Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis adalah meningkatnya permeabilitas air dan menurunnya kadar unsur Si sehingga cendawan lebih mudah melakukan penetrasi. Sumber inokulum primer di lapang adalah jerami. Sumber inokulum benih umumnya memperlihatkan gejala awal pada persemaian. Untuk daerah tropis, sumber inokulum selalu ada sepanjang tahun karena adanya spora di udara dan tanaman inang alternatif selain padi.

C. PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS
Pengamatan Gejala Penyakit Blas di Desa Lalar Liang, Kec. Taliwang.

Dengan Teknik Budidaya

1. Penanaman Benih Sehat.
Pengendalian penyakit blas lebih efektif apabila dilakukan sedini mungkin. Untuk mencegah penularan melalui benih maka perlu dilakukan pengobatan benih dengan fungisida sistemik.

2. Perendaman Benih
Benih direndam  dalam larutan fungisida  yang berbahan aktif Trisiklazole selama 24 jam dan selama perendaman larutan diaduk merata setiap 6 jam.  Sesudah melakukan perendaman benih dikering anginkan di atas kertas koran hingga gabah siap disemai. 

3. Cara Pelapisan
Benih direndam ke dalam air murni (tanpa campuran) selama 2-3 jam lalu tiriskan hingga air tidak menetes lagi. kemudian fungisida dicampur/diaduk rata dengan benih.

4. Cara Tanam
Sangat dianjurkan  tanam dengan jarak tanam Legowo dan menggunakan sistem pengairan secara berselang untuk mengurangi kelembaban sekitar kanopi pertanaman. 

5. Pemupukan
Perkembangan penyakit dapat ditekan menggunakan pupuk N dan K secara berimbang.

Dengan Penanaman Varietas Padi Yang Tahan Blas

Beberapa varietas padi yang tahan terhadap blas adalah :
- Inpari 21
- Inpari 22
- Inpari 26
- Inpari 27
- Inpago 4 sampai inpago 8

Dengan Penggunaan Fungisida Nabati dan Kimia

Fungisida Nabati 
Fungisida nabati dapat berupa produk langsung jadi yang dijual di pasaran misalnya Inokulan/starter Trichoderma sp dan Gliocladium sp yang digunakan sebagai tindakan preventif pada masa vegetatif padi.  

Fungisida Kimia
Penggunaan fungisida kimia juga dianjurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas. Penyemprotan dilakukan dua kali yaitu pada masa anakan maksimum dan masa awal berbunga. Beberapa fungisida sistemik yang biasa ada dipasaran : Isoprotiolane, Trisiklazol, Kasugamycin, Thiopanatemethyl, Difenoconazol, mikocide 70, Amistartop, Score, Pyoguilon, Nelumbo 250 EC, Prima Vit 

D. PENCEGAHAN PENYAKIT BLAS

1. Sanitasi lingkungan 
2. Pemakaian jerami Sebagai Kompos
Jamur P. grisea dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman padi atau jerami, maka dari itu perlu dilakukan Pembenaman jerami dalam tanah sebagai kompos pada saat proses dekomposisi miselia dan spora jamur mati karena naiknya suhu.
Sosialisasi Pengendalian Penyakit Blas, di Desa Lalar Liang Kec. Taliwang.

Dari berbagai sumber.

Senin, 27 Februari 2017

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN PADI

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN PADI

Oleh : Herlina, SP
UPTD BP3 Kec. Taliwang

Kegiatan penyemprotan serempak sebagai upaya alternatif
pengendalian hama dan penyakit di Kecamatan Taliwang

Dalam budidaya tanaman padi, maka kita tidak akan terlepas dari ancaman hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi kita. Dalam mengatasi organisme pengganggu ini kita pelu melakukan penanggulangan agar tujuan budidaya kita bisa tercapai. 
Di bawah ini kita akan membahas tentang hama dan penyakit pada tanaman padi, gejala dan cara pengendaliannya.

A. HAMA PADA TANAMAN PADI

1. BELALANG
  

  • Merupakan hama pemakan daun & penghisap cairan malai muda (Walang Sangit).
  • Memakan daun dengan cara MENGGIGIT, MENGUNYAH & MENGHISAP (Walang Sangit).
  • Mulai mengganggu sejak persemaian hingga tanaman padi dewasa.
  • Berantas dengan à MESTAFEN 200EC, RACUN KONTAK YANG SANGAT AMPUH.
  • Konsentrasi penggunaan : 1 –  2 cc/liter à 15 cc – 30 cc/tangki 


2. LEMBING / KEPIK HIJAU


  • Merupakan hama penghisap.
  • Memakan dengan cara MENGHISAP.
  • Mulai mengganggu & mengancam sejak tanaman padi muncul malai.
  • Berantas dengan MESTAFEN 200EC, RACUN KONTAK YANG SANGAT AMPUH.
  • 1 –  2 cc/liter à 15 cc – 30 cc/tangki. 


3. PENGGEREK BATANG

  • Ditandai oleh kehadiran ngengat (kupu-kupu), kematian tunas-tunas padi (sundep, dead heart), kematian malai (beluk, white head), dan ulat (larva) penggerek batang. Yang berbahaya adalah keturunannya berupa larva atau ulat, terutamanya di dalam batang . 
  • Merusak tanaman pada semua fase tumbuh. Bila serangan terjadi pada pembibitan sampai fase anakan, hama ini disebut sundep dan jika terjadi pada saat berbunga, disebut beluk.
  • Insektisida yang efektif berbahan aktif: karbofuran, bensultap, karbosulfan, dimenhipo, amitraz, dan fipronil. 


4. WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens)


  • Vektor penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Dengan menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkutan tanaman padi, WCk dapat menimbulkan kerusakan pd hampir semua fase.
  • Gejala : daun-daun yang menguning, kemudian tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar) yang dikenal dengan istilah hopperburn. Dalam suatu hamparan, gejala hopperburn terlihat sebagai bentuk lingkaran, yang menunjukkan pola penyebaran WCk yang dimulai dari satu titik, kemudian menyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran. 
  • Pengendalian : varietas tahan, penanaman padi dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pergiliran varietas, dan insektisida yang efektif berbahan aktif : amitraz, bupofresin, beauveria bassiana 6.20x1010 cfu/ml, BPMC, fipronil, amidakloprid, karbofuran, karbosulfan, metolkarb, MIPCI, propoksur, atau tiametoksan. 


5. WERENG HIJAU (Nephotettix sp. )



  • WH merupakan vektor penyakit tungro, 
  • WH menghisap cairan dari dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai pelepah, ataupun daun-daun bagian tengah. WH menyebabkan daun-daun padi berwarna kuning sampi kuning oranye, penurunan jumlah anakan, dan pertumbuhan tanaman yang terhambat (memendek). 
  • Pemupukan unsur nitrogen yang tinggi sangat memicu perkembangan WH.
  • WH umumnya dikendalikan dalam satu paket dengan pengendalian tungro. Dianjurkan untuk menanam varietas tahan tungro, dan penggunaan insektisida yang berbahan aktif BPMC, bufrezin, imidkloprid, karbofuran, MIPC, atau tiametoksam.. 


6. KEONG MAS




  • Ditandai oleh adanya telur berwarna merah muda dan keong mas dengan berbagai ukuran dan warna. 
  • Keong mas  merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang di pertanaman. Bekas potongan daun dan batang yang diserangnya terlihat mengambang.
  • Keong mas dapat dikendalikan melalui: Memasang saringan di saluran irigasi, Menancapkan bambu untuk betelur, Memasukkan bebek ke sawah setelah umur tanaman padi 35 hst, Memungut Kiong Mas. 
  • Bila diperlukan gunakan pestisida yang berbahan aktif niclos amida dan pestisida botani seperti lerak, deris, dan saponin. 


B. PENYAKIT PADA TANAMAN PADI

1. Tungro 


  • Fokus utama pengendalian Virus Tungro dilakukan terhadap serangga vektor, yaitu Wereng Hijau.
  • Gejala serangan tungro yang menonjol adalah perubahan warna daun dan tanaman tumbuh kerdil. Warna daun tanaman sakit bervariasi dari sedikit menguning sampai jingga.
  • Lakukan pembersihan gulma di areal pertanaman & lingkungan sekitar. Membajak segera setelah panen (tunggak jerami, segara dibongkar). Pergiliran tanaman : padi-padi-palawija. Tanaman serempak,yang tahan tungro.
  • Dengan bahan kimia à bila dijumpai wereng hijau, lakukan pencegahan sejak dipersemaian.


2. Hawar Daun ( Cercospora orizae )


  • Bercak cercospora disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae. 
  • Penyakit menyebabkan kerusakan yang serius pada pertanaman di lahan yang kurang subur.
  • Penyakit menghasilkan gejala lurus sempit berwarna coklat pada helaian daun bendera, pada fase tumbuh – pemasakan . 
  • Gejala juga dapat terjadi pada pelepah dan kulit gabah. 
  • Penyakit dikendalikan dengan pemupukan berimbang yang lengkap, dengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl per ha 


3. Hawar Pelepah ( Rhyzoctonia solani )


  • Penyakit menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah, makin awal terjadi kerebahan, makin besar kehilangan yang diakibatkannya. Penyakit ini menyebabkan gabah kurang terisi penuh atau bahkan hampa. 
  • Hawar pelepah terjadi umumnya saat tanaman mulai membentuk anakan sampai menjelang panen. Namun demikian, penyakit ini juga dapat terjadi pada tanaman muda.
  • Penyakit disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani, dengan gejala awal berupa bercak oval atau bulat berwarna putih pucat pada pelepah.
  • Dalam keadaan yang menguntungkan (lembab), penyakit dapat mencapai daun bendera. Patogen bertahan hidup dan menyebar dengan bantuan struktur tahan yang disebut sklerotium. 


4. Busuk Batang (Helmintosporiun sp.)


  • Busuk batang merupakan penyakit yang menginfeksi bagian tanaman dalam kanopi  dan menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Untuk mengamati penyakit ini, kanopi pertanaman perlu dibuka. Perlu diwaspadai apabila terjadi kerebahan pada pertanaman, tanpa sebelumnya terjadi hujan atau hujan dengan angin yang kencang.
  • Gejala awal berupa bercak berwarna kehitam-hitaman, bentuknya tidak teratur pada sisi luar pelepah daun dan secara bertahap membesar. Akhirnya, cendawan menembus batang padi yang kemudian menjadi lemah, anakan mati, dan akibatnya tanaman rebah.
  • Pemupukan berimbang dapat menekan perkembangan penyakit. Untuk mengurangi penyebaran lebih luas lagi, keringkan tanaman sampai saat panen tiba. 


Kamis, 26 Januari 2017

Pemupukan Berimbang Pada Padi Sawah

PEMUPUKAN BERIMBANG PADA PADI SAWAH

oleh : Herlina, SP
UPTD BP3 Kecamatan Taliwang

Demplot Pemupukan Berimbang di Desa Lalar Liang, Kec. Taliwang

PENGERTIAN PEMUPUKAN BERIMBANG

Pemupukan berimbang dapat diartikan sebagai pemupukan yang lengkap (Urea, TSP/SP-36, KCl ) dengan tetap memperhatikan kebutuhan unsur hara mikro. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit, unsur hara mikro (terutama unsur hara mikro esensial) mempunyai peranan penting dalam metabolisme dan proses fisiologis tanaman yang ujungnya berpengaruh terhadap produksi tanaman.

Prinsip berimbang dalam pemupukan padi sawah adalah keseimbangan antara ketersediaan hara yang ada dalam media tumbuh (tanah sawah) dan kebutuhannya bagi tanaman padi.

Konsep Pemupukan Berimbang dalam budidaya padi sawah harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
  • Status hara tanah
  • Kebutuhan tanaman, dan
  • Target hasil
Dalam praktek budidaya tanaman padi sawah, pemberian pupuk harus mempertimbangkan jenisnya, jumlah atau dosisnya serta waktu pemberian. 
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan efisien, maka petani (pelaku usaha tani) sebaiknya mengupayakan : 

  • Menambahkan kotoran hewan/binatang ternak untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah 
  • Disarankan menggunakan Pupuk Pelengkap Cair (PPC) yang kandungan unsur mikronya lengkap 
  • Mengukur status hara tanah menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) 
  • Menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dalam pemberian Nitrogen (N)

FUNGSI UNSUR HARA BAGI TANAMAN

NITROGEN ( N )
  • Membuat tanaman lebih hijau segar. 
  • Mempercepat pertumbuhan tanaman. 
  • Komponen pembentuk protein, asam amino, dan klorofil. 
PHOSFOR (P2O5) 
  • Memacu sistim perakaran yang baik. 
  • Berperan dalam pembentukan bunga dan buah. 
  • Meningkatkan rendemen dan komponen hasil panen, mutu benih dan bibit.
KALIUM   (K2O) 
  • Membuat tanaman lebih tegak dan kokoh. 
  • Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama/penyakit dan kekeringan. 
  • Berperan dalam pembentukan pati, gula, dan minyak. 
SULFUR   (S)
  • Meningkatkan kelas mutu hasil panen
  • Meningkatkan ketahanan hasil panen. 
  • Komponen penting penyusun asam amino. 

SYARAT UTAMA AGAR UNSUR HARA DI DALAM TANAH DAPAT DISERAP OLEH TANAMAN SECARA OPTIMAL adalah HARUS  IDEAL

Komposisi Tanah Ideal


PENGERTIAN BAHAN ORGANIK

Bahan bahan yang berasal dari limbah tumbuhan atau hewan atau produk sampingan seperti pupuk kandang atau unggas, pupuk hijau, dll.

Fungsi Bahan Organik :
  • Menyediakan unsur mikro hara 
  • Meningkatkan kesuburan 
  • Pemupukan menjadi efisien 

FUNGSI PUPUK ORGANIK

1.   Memperbaiki fisik tanah   
  • Memperbaiki struktur dan tata udara tanah sehingga penyerapan unsur hara menjadi lebih baik. 
  • Meningkatkan daya sanggah air tanah sehingga ketersediaan air dalam tanah menjadi lebih baik. 
  • Menggemburkan tanah sehingga perkembangan perakaran lebih optimal. 
2.  Memperbaiki sifat biologi tanah 
  • Bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroba tanah sehingga mikroba tanah berkembang lebih optimal.
  • Tanah dikatakan subur secara biologis jika mengandung minimal 10.000 mikroba tiap gram tanah.
3. Memperbaiki sifat kimia tanah : 
  • Sebagai penyedia unsur hara walaupun dalam jumlah kecil.
  • Menjadi penyangga unsur hara dalam tanah sehingga kehilangan unsur hara tanah berkurang dan pemupukan menjadi lebih efisien.
Kondisi Umum Tanah Sawah di Indonesia Bahan Organik  Kurang dari 1 % supaya kondisi tanah kembali ideal HARUS diberikan Bahan Organik 

MANFAAT PEMBERIAN BAHAN ORGANIK KE DALAM TANAH  :
  • Produksi Hasil Pertanian Meningkat 
  • Penggunaan Pupuk Lebih Efisien 
  • Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup
Kegiatan Pemupukan Pada Padi Sawah

 

Sample text

Blogger news

Sample Text

Blogroll

Sample Text

 
Blogger Templates